Rabu, 21 Agustus 2013

AKUNTANSI KEUANGAN

METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG (UNRAM 2012)
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG

1.     METODE HARGA POKOK , terdiri dari :

1.      Identifikasi Khusus dengan Asumsi : bahwa arus barang = arus biaya
2.      First In First out (FIFO)
3.      Rata-Rata Tertimbang
4.      Last In First Out (LIFO)
5.      Persediaan Besi / Minimum
6.      Biaya Standar
7.      Biaya Rata-Rata Sederhana
8.      Harga Beli Terakhir
9.      Metode Nilai Penjualan Relatif
10.  Metode Biaya Variabel

Contoh Umum
Tanggal
Keterangan
Kuantitas
Harga
 Jumlah
Kuantitas
01-Agust-08
Persediaan
200
100
     20.000

09-Agust-08
Pembelian
300
150
     45.000

10-Agust-08
Penjualan



            400
15-Agust-08
Pembelian
400
200
     80.000

20-Agust-08
Penjualan



            300
27-Agust-08
Pembelian
100
250
     25.000

Jumlah
1000

    170.000
700







a.       Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
·         Metode Fisik
Asumsi : persediaan akhir pada tanggal 31 Agustus 2008 sebesar 300 unit terdiri dari :
Pembelian tanggal 27 Agustus : 100 unit x Rp.250-, = Rp.25.000-,
Pembelian tanggal 15 Agustus : 200 unit x Rp.200-, = Rp.40.000-,
Jadi Persediaan akhir              300 unit                      Rp.65.000-,
Harga Pokok Penjualan = Rp.170.000, - Rp.65.000, = Rp.105.000-,

·         Metode Perpetual
Tanggal
Diterima
Dikeluarkan
Saldo
Q
P
 Jumlah
Q
P
 Jumlah
Q
P
 Jumlah
Agustus
1


            -


            -
200
100
    20.000

9
300
150
    45.000


            -
200
100
    20.000




            -


            -
300
150
    45.000

10


            -
200
100
    20.000


            -




            -
200
150
    30.000
100
150
    15.000

15
400
200
    80.000


            -
100
150
    15.000




            -


            -
400
200
    80.000

20


            -
100
150
    15.000


            -




            -
200
200
    40.000
200
200
    40.000

27
100
250
    25.000


            -
200
200
    40.000








100
250
    25.000

Saldo Persediaan Akhir
300

    65.000
Karena hasil perhitungan persediaan akhir antara metode fisik dengan perpetual hasilnya sama, maka tidak diperlukan jurnal penyesuaian.

b.      Rata-Rata Tertimbang
·         Metode Fisik
Harga pokok rata-rata tertimbang       = Rp.170.000  = Rp.170/unit.
                                                                 1000 unit
Persediaan akhir tanggal 31 Agustus = 300 unit x Rp.170-,  = Rp.51.000-,
Harga Pokok Penjualan                   = Rp.170.000, - Rp.51.000 = Rp.119.000



·         Metode Perpetual
Tanggal
Diterima
Dikeluarkan
Saldo
Q
P
 Jumlah
Q
P
 Jumlah
Q
P
 Jumlah
Agustus
1


            -


            -
200
100
    20.000

9
300
150
    45.000


            -
500
130
    65.000

10


            -
400
130
    52.000
100
130
    13.000

15
400
200
    80.000


            -
500
186
    93.000

20


            -
300
186
    55.800
200
186
    37.200

27
100
250
    25.000


            -
300
207,3
    62.200

Saldo Persediaan Akhir
300

    62.200
Karena hasil perhitungan persediaan akhir antara metode fisik dengan perpetual hasilnya tidak sama, maka diperlukan jurnal penyesuaian sbb :
Selisih persediaan        Rp.11.200
            Persediaan                   Rp.11.200

c.       Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
·         Metode Fisik
Asumsi : persediaan akhir pada tanggal 31 Agustus 2008 sebesar 300 unit terdiri dari :
Persediaan tanggal 1 Agustus  : 200 unit x Rp.100-, = Rp.20.000-,
Pembelian tanggal 9 Agustus  : 100 unit x Rp.150-, = Rp.15.000-,
Jadi Persediaan akhir              300 unit                      Rp.35.000-,
Harga Pokok Penjualan = Rp.170.000, - Rp.35.000, = Rp.135.000-,

·         Metode Perpetual
Tanggal
Diterima
Dikeluarkan
Saldo
Q
P
 Jumlah
Q
P
 Jumlah
Q
P
 Jumlah
Agustus
1


            -


            -
200
100
    20.000

9
300
150
    45.000


            -
200
100
    20.000




            -


            -
300
150
    45.000

10


            -
300
150
    45.000


            -




            -
100
100
    10.000
100
100
    10.000

15
400
200
    80.000


            -
100
100
    10.000




            -


            -
400
200
    80.000

20


            -
300
200
    60.000
100
100
    10.000




            -


            -
100
200
    20.000

27
100
250
    25.000


            -
100
100
    10.000








100
200
    20.000








100
250
    25.000

Saldo Persediaan Akhir
300

    55.000
Karena hasil perhitungan persediaan akhir antara metode fisik dengan perpetual hasilnya tidak sama, maka diperlukan jurnal penyesuaian sbb :
Selisih persediaan        Rp.20.000
            Persediaan                   Rp.20.000

d.      Persediaan Besi / Minimum
Asumsi : bahwa perusahaan memerlukan suatu jumlah persediaan minimum (besi) untuk menjaga kontinuitas usahanya. Persediaan besi dianggap sebagai suatu elemen yang selalu tetap, sehingga dinilai dengan harga pokok yang tetap. Selisih antara jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan besi dinilai dengan harga pada saat dihitung. Contoh :
PT. A menetapkan persediaan besi sebesar 1.000 unit dengan harga pokok Rp.250-per unit. Persediaan akhir tanggal 31 Desember berdasarkan perhitungan fisik adalah sebesar 1.300 unit dengan harga pokok Rp.400-,/unit.
Nilai persediaan pada tanggal 31 Desember adalah sbb :
      Persediaan besi                                    1.000 unit x Rp.250-,  = Rp.250.000-,
      Kelebihan di atas persediaan besi          300 unit x Rp.400-,  = Rp.120.000-,
      Nilai persediaan                                  1.300 unit                    = Rp.370.000-,
Jika persediaan barang pada tanggal 31 Desember adalah 800 unit, maka nilai persediaan dihitung sbb :
      Persediaan besi                                    1.000 unit x Rp.250-,  = Rp.250.000-,
      Kekurangan di bawah persed. besi        200 unit x Rp.400-,  = Rp.  80.000-,
      Nilai persediaan                                     800 unit                    = Rp.170.000-,

e.       Biaya Standar
Persediaan barang dinilai dengan biaya standar, yaitu biaya yang seharusnya terjadi. Biaya standar ditentukan di muka, sebelum produksi dimulai. Apabila terdapat perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standar maka akan dicatat sebagai selisih.

f.       Harga Pokok Rata-Rata Sederhana (Simple Average)
Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya. Ex : contoh umum di atas, maka :
Harga pokok rata-rata/unit    = Rp.100 + 150 + 200 + 250  = Rp175-,./unit
                                                                  4

g.      Harga Beli Terakhir (Latest Purchase Price)
Persediaan barang pada akhir periode dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir. Jika pembelian terakhir terjadi pada tanggal 27 Agustus sebanyak 100 unit @ Rp.250, maka persediaan akhir tanggal 31 Agustus dihitung sbb :
      300 unit x Rp.250-, = Rp.75.000-,

h.      Metode Nilai Penjualan Relatif
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (joint cost) pada masing-masing produk yang dihasilkan atau dibeli. Contoh :
PT. A membeli tanah dengan harga Rp.90.000.000-, biaya perataan tanah dan pembuatan saluran air adalah sebesar Rp.10.000.000-, Tanah tersebut dibagi menjadi 4 kelas dimana tiap kelas dikapling dan dijual dengan harga sbb :
      Kelas A =   5 kapling @ Rp.6.000.000-,        = Rp.30.000.000-,       = 20 %
      Kelas B =   3 kapling @ Rp.5.000.000-,         = Rp.15.000.000-,       = 10 %
      Kelas C = 15 kapling @ Rp.3.000.000-,         = Rp.45.000.000-,       = 30 %
      Kelas D = 30 kapling @ Rp.2.000.000-,        = Rp.60.000.000-,       = 40 %
      Jumlah harga jual seluruh kelas                       Rp.150.000.000-,       100 %
Alokasi harga pokok tanah sbb :
Kelas                                 Jumlah                         Jml kapling      HPP/kapling
A = 20% x Rp.100 juta     Rp.20.000.000-,                 5               Rp.4.000.000-,
B = 10% x Rp.100 juta     Rp.10.000.000-,                 3               Rp.3.333.333-,
C = 30% x Rp.100 juta     Rp.30.000.000-,                15              Rp.2.000.000-,
D = 40% x Rp.100 juta     Rp.40.000.000-,                30              Rp.1.333.333-,
Jika kelas A dijual 3 kapling, maka laba bruto dihitung sbb :
      Harga jual        = 3 x Rp.6.000.000-,   = Rp.18.000.000-,
      Harga pokok   = 3 x Rp.4.000.000-,   = Rp.12.000.000-,
                  Laba bruto                               = Rp.6.000.000-,
Jurnalnya akan dicatat sbb :
      Kas (piutang)              18.000.000-,
                  Tanah kelas A                         12.000.000-,
                  Laba bruto                                 6.000.000-,

i.        Metode  Biaya Variabel
Dalam metode ini harga pokok produksi dihitung dari biaya produksi variabel saja. Sedangkan biaya produksi tetap dibebankan sebagai biaya periode yang bersangkutan.







2.     METODE HARGA POKOK ATAU HARGA PASAR YANG LEBIH RENDAH

Menurut IAI, apabila menggunakan metode harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah maka yang dimaksud dengan harga pasar adalah nilai ganti pada saat itu (Current replacement cost) yang didapat dengan cara membeli atau memproduksi menurut keadaan, terkecuali :
a)     Harga pasar tidak boleh melebihi Nilai Bersih Yang Dapat Direalisasikan / NBYDD (NBYDD = Taksiran Harga jual – Biaya Penjualan ----- Batas Atas / Nilai maksimal)
b)    Harga pasar tidak boleh lebih rendah  daripada NBYDD sesudah dikurangi dengan laba normal (NBYDD – Laba Normal  atau Batas Bawah  / Nilai Minimum = Batas Atas – Laba Normal)
 Contoh :
PT Aya mempunyai 5 jenis persediaan dengan biaya penjualan per unit sebesar Rp 1000-, dan laba normal per-unit Rp 500-, serta informasi lainnya disajikan di bawah ini :
No
Taksiran
Harga Jual
Harga
Pokok
Harga Pasar
H Pokok atau H Pasar  yg lbh rendah
B. Atas
B. Bawah
HP. Pengganti
1
4.000
2.750
3.000
2.500
3.100
2.750
2
4.000
2.750
3.000
2.500
2.600
2.600
3
4.000
2.750
3.000
2.500
2.400
2.500
4
3.500
2.750
2.500
2.000
2.600
2.500
5
3.500
2.750
2.500
2.000
2.400
2.400

Cara penerapan metode harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah sbb
Jenis
Barang
Harga
Pokok
Harga
Pasar
H Pokok atau H Pasar yang lebih rendah
Per Jenis
Per Klp
Keseluruhan
Klp 1





Barang A
35.000
32.000
32.000


Barang B
45.000
50.000
45.000


Jumlah
80.000
82.000

80.000

Klp 2





Barang C
26.000
27.000
26.000


Barang D
20.000
18.000
18.000


Jumlah
46.000
45.000

45.000

Total
126.000
127.000



Nilai Persd


121.000
125.000
126.000

















LATIHAN :
  1. Berikut ini adalah transaksi yang berhubungan dengan persediaan PT. Badai pada bulan Agustus 2008 :
LATIHAN
Tanggal
Keterangan
 Kuantitas
Harga
 Jumlah
Kuantitas
01-Agust-08
Persediaan
       5.000
200
 1.000.000

05-Agust-08
Penjualan


              -
         3.500
07-Agust-08
Pembelian
       4.000
250
 1.000.000

10-Agust-08
Pembelian
       1.500
300
    450.000

15-Agust-08
Penjualan



         5.000
20-Agust-08
Pembelian
       3.000
350
 1.050.000

25-Agust-08
Penjualan


              -
         4.000
Jumlah
     13.500

 3.500.000
       12.500






Diminta :
Hitunglah persediaan akhir dan harga pokok penjualan baik secara fisik maupun perpetual dengan metode :
  1. FIFO
  2. LIFO
  3. Average
Jika terdapat selisih perhitungan persediaan akhir antara metode fisik dengan perpetual, maka buatlah jurnal penyesuaiannya.

  1. Isilah kolom-kolom yang kosong di bawah ini :
No
Taksiran
Harga Jual
Harga
Pokok
Harga Pasar
H Pokok atau H Pasar yang lebih rendah
B. Atas
B. Bawah
HP Pengganti
1
2.500
1.900
2000
1800
1.750
1.800
2
2.500
1.900
2000
1800
1.950
1.900
3
2.300
1.750
1800
1600
1.900
1.750
4
2.300
1.750
1800
1600
1.500
1.600
Jika diketahui bahwa biaya penjualan per unit adalah Rp 500-, dan laba normal adalah Rp 200-, per unit

2.500
1.500


1.600

2.500
1.500


1.400

2.750
1.500


1.200

2.750
1.500


1.300

2.250
1.500


1.400

2.250
1.500


700

3.000
1.500


1.800


Biaya penjualan per unit Rp 1.000 dan laba normal Rp 500-,